Untuk mengetahui kegilaan tersebut, marilah kita melangkah
perlahan-lahan.... Sedikit demi sedikit.... Karena pastilah tidak mudah bagi
anda untuk memahami sesuatu yang telah ditutupi oleh pemikiran yang licik
selama berabad-abad ini....
Sejak anda muncul di dunia ini, anda sudah terkondisikan dalam kandang
perbudakan modern. Sehingga anda menerima begitu saja semua keadaan ini dan
merasa nyaman2 saja dengan semua ini. Karena bagi anda, memang dari dulu
seperti inilah adanya. Sehingga menurut pemikiran anda pun memang seperti
inilah seharusnya & keadaan seperti ini adalah wajar bagi anda....
Siapkan diri anda.... buka parasut anda.... dan mari kita mulai.......
Mari, kita lihat skema sistem perekonomian berikut ini:
Sekarang, mari kita lihat lingkungan kita dengan sudut pandang global,
secara menyeluruh bukan individu atau perorangan. Jadi dari sudut pandang
sistem, bukan dari sudut pandang anda secara perorangan. Anda dan saya hanyalah
bagian dari sistem.
Seperti halnya dalam lagu “panggung sandiwara”, setiap orang di dunia ini
memainkan peranan tertentu. Jadi kita lihat dari peranan2 yang ada di dunia
ini, bukan individu pemerannya. Produsen, diperankan oleh perusahaan dan
pabrik, baik itu industri besar maupun kecil. Agen, ya diperankan oleh para agen
dan distributor. Retail, diperankan para pengecer, baik besar maupun kecil. Dan
maaf, peran anda hanya sebagai user/pengguna produk, masyarakat yang
diperbudak....
Saya rasa peranan diatas sudah mewakili. Jika kurang silahkan ditambah,
jika lebih silahkan dikurangi....
Secara umum, seperti itulah aliran produk, baik itu berupa barang maupun
jasa. Produk tersebut diproduksi oleh produsen. Dari produsen masuk ke agen/distributor,
lalu ke pengecer, dan digunakan oleh masyarakat yang yang membutuhkannya. Tidak
mungkin barang itu kembali lagi ke produsen untuk digunakannya....
Paham ... !
Disini kita tidak akan membahas bahan mentah dari produk tersebut, hal itu
tidak perlu dibahas disini....
Lanjut....
Agar produk tersebut dapat berpindah tangan dari produsen sampai ke tangan
masyarakat sebagai pengguna, maka harus dilakukan pertukaran. Dimana pertukaran
pada jaman dulu dilakukan secara langsung, yaitu barang dengan barang. Alias
barter secara langsung....
Namun karena hal tersebut merepotkan, maka manusia mencari jalan
keluarnya, yaitu menggunakan sarana pertukaran. Yang kemudian disebut
“uang”.... Jadi, uang sebenarnya merupakan suatu temuan teknologi untuk
mempermudah kehidupan manusia.... yaitu teknologi alat tukar....
Ya..., uang sebenarnya merupakan alat tukar. Dan pertukaran
barang dengan alat tukar merupakan barter tidak langsung, yang biasa
disebut jual-beli....
Jual berarti menukar barang dengan alat tukar.
Beli berarti menukar alat tukar dengan barang.
Jadi saat anda membeli sesuatu dengan uang, sebenarnya anda melakukan
barter tidak langsung. Anda menukar alat tukar yang anda miliki dengan barang
yang anda inginkan. Bukan anda membeli barang dengan uang. Karena alat tukar
tidak bisa membeli apapun, dan tidak akan pernah bisa membeli apapun...!!!
Uang hanyalah kertas yang tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan
barang yang diperjualbelikan.
Apakah anda bisa makan uang...? Apakah anda bisa berpakaian dengan uang...? Apakah anda bisa......
Apakah anda bisa makan uang...? Apakah anda bisa berpakaian dengan uang...? Apakah anda bisa......
Jadi nilai kekayaan yang sesungguhnya ada pada barang2 yang dipertukarkan,
bukan pada uang. Uang hanyalah alat tukar, bukan kekayaan riil, karena uang
tidak ada nilainya.... dan uang hanyalah alat untuk menilai, seperti penggaris
atau timbangan....
Inilah salah kaprah yang pertama. Dan sebagian besar orang menerima
kesalah kaprahan ini. Sebagian besar orang menerima bahwa uang adalah barang
yang berharga dan bernilai tinggi, sesuai dengan angkanya.
Semakin besar angkanya, semakin lebar senyum anda...... .
Semakin besar angkanya, semakin lebar senyum anda...... .
Dalam ilmu per”uang”an dikenal nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
Nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung dalam alat tukar itu
sendiri. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kertas yang digunakan untuk
membuat uang. Menurut anda, berapakah nilai dari selembar kertas uang
tersebut.... Apakah melebihi nilai sepiring nasi....? Berbedakah nilai dari
selembar kertas yang digunakan untuk uang dengan angka 100, 500, 1000, ...,
100.000 rupiah...?
Nilai ekstrinsik adalah nilai nominal uang tersebut, yang diwakili dengan
angka. Ya, sekali lagi angka. Hanya itu yang membedakannya. Dan biasanya
kertas tersebut diberi gambar pahlawan, supaya kelihatan lebih dapat dipercaya
oleh masyarakat nasional. Semakin besar angkanya, semakin lebar senyum
anda......
Sudah bingung belum...?
Kan sudah saya bilang..., sahabat kita yang licik ini telah menggunakan
kandang sistem keuangan untuk menutupi kenyataan yang ada dengan berbagai
istilah perbankan & perekonomian yang salah kaprah dan membingungkan....
Silahkan pahami lagi.....
Ok, jika tidak bingung, monggo silahkan dilanjut.....
Sekarang kita lihat skema perputaran barang dan uang berikut ini:
Lingkaran di luar merupakan siklus aliran uang. Dimana produsen
mendapatkan uang dari agen dengan cara menjual barang produksinya, agen
mendapat uang dengan cara menjualnya ke pengecer, lalu pengecer ke
masyarakat....
Lalu darimana masyarakat mendapatkan uang untuk membeli produk dari
pengecer...?
Masyarakat menjual dirinya ke produsen. Mereka bekerja menjadi buruh
dengan menjual tenaga dan waktunya, atau yang lebih keren buruh profesional
dengan menjual waktu dan pikirannya....
Kalau dipikir-pikir, mirip pelacuran bukan...? Hanya saja yang kita jual
tenaga, pikiran, dan waktu kita. Sedangkan pelacur.....
Sebenarnya sama dengan pelacur, kita tidak akan mau melakukan itu semua
jika tidak diberi uang. Dan banyak masyarakat yang menjual dirinya ke produsen
karena keterpaksaan untuk mendapatkan beberapa lembar kertas guna memenuhi
kebutuhan hidup....
Meskipun dimarahi, dibentak-bentak, diperas tenaganya pagi siang sore dan
malam.... mereka pasti akan kembali lagi besok. Karena.....
Ok, kembali ke.....
Disitu dapat kita lihat bahwa siklus uang merupakan siklus tertutup,
sehingga uang berputar terus, berpindah dari tangan ke tangan. Berbeda dengan
siklus barang, siklus barang akan terputus setelah barang sampai ke
penggunanya.
Oleh karena itulah, alat tukar disebut sebagai “currency” yang berasal
dari kata “current” yang artinya “arus”, bukan “money” = “uang”. Dan currency
diterjemahkan sebagai mata uang, bukan uang....
Inilah salah kaprah yang kedua. Currency ≠ money; mata uang ≠ uang.
Uang yang sesungguhnya, saat ini sudah tidak ada. Padahal selama ini kita
menyebut kertas itu sebagai uang kan...?
Saya pun jadi bingung, harus menulis uang atau mata uang disini. Tak
apalah, yang penting anda sudah tahu kesalah kaprahan ini....
Currency/mata uang itu melambangkan arus, jadi harus mengalir terus, harus
berputar terus. Berpindah dari tangan ke tangan agar perekonomian terus
berjalan.
Dan jika banyak orang menyimpan currency di rumah, itu akan menghambat
aliran sistem. Oleh karena itulah mereka membuat bank, agar currency “disimpan”
di bank, kemudian mereka alirkan kembali..... dalam bentuk kredit...!!!
Sekarang perhatikan...!
Kotak produsen < agen < pengecer < pengguna.
Karena dalam kenyataannya memang demikian, semakin besar kotaknya berarti
semakin banyak jumlah pemerannya.... Jadi jumlah produsen pasti lebih kecil
dari agen, jumlah agen <pengecer, jumlah pengecer < pengguna.
Mari berkhayal....
Misalkan jumlah total mata uang yang ada dalam peredaran adalah 1jt, dan
produsen 3, agen 13, pengecer 33, pengguna 130. Dan mata uang 1jt tersebut
mengalir/berpindah tangan secara sempurna.
Misal, begitu mata uang masuk ke produsen langsung dibelanjakan semua,
masuk ke pengguna lalu dibelanjakan semua, masuk ke pengecer lalu dibelanjakan
semua, masuk ke agen lalu dibelanjakan semua. Dan begitu seterusnya....
Kira2 siapakah yang paling merasakan kekayaan...? Dan siapakah yang paling
merasakan kekurangan...?
Tepat sekali..., produsen lah yang paling kaya dan masyarakat pengguna lah
yang merasakan paling kekurangan.... Karena bagi produsen, 1jt cuma dibagi
bertiga. Sedang bagi masyarakat pengguna 1jt dibagi ber 130. Seperti itulah
kira2 kenyataan yang ada.... Bahkan lebih buruk lagi, karena mata uang mengalir
tidak sempurna....
Maka benarlah jika prinsip pareto mengatakan bahwa, 80% uang yang beredar
dikuasi oleh 20% orang. Sedangkan 20% uang yang beredar diperebutkan oleh 80%
orang. Karena pada kenyataannya uang tidak mengalir secara sempurna, sebagian
besar uang hanya beredar di kalangan menengah keatas, tidak pernah sampai ke
bawah....
Siapakah kalangan menengah ke atas....? Merekalah bankir dan teman2nya....
Perhatikan ini....
RBTV, Selasa 16/07/2013 : Rekening deposito diatas 2 milyar ada 150.000.
Uang beredar 250 triliun. Jumlah penduduk 250 juta.
Rata-rata, ada 1 juta untuk tiap penduduk. Tapi ternyata ada 190 juta
penduduk tidak pernah berurusan dengan bank.
finance.detik.com, Kamis, 14/06/2012 - ...... Jumlah nasabah kaya
perbankan Indonesia dengan simpanan di atas Rp 5 miliar mencapai 51.422 nasabah
per April 2012...... Simpanan dengan segmen nominal di atas Rp 5 miliar
tersebut memiliki proporsi sebesar 42,59% dari total simpanan......
Jakarta, Kompas, Jan 24, 2005 - Bank Dunia menyebutkan lebih dari 110 juta
jiwa penduduk Indonesia tergolong miskin karena masih hidup dengan penghasilan
di bawah US $2 atau Rp 18.310 per hari....
Meskipun 250 triliun itu dibagi rata masing2 penduduk 1 juta, maka tidak
lama kemudian, pasti akan kembali lagi ke prinsip pareto yang 80:20. Dan
sistem keuangan lah yang melakukan itu, bukan karena penduduknya yang malas
bekerja......
Ya... arus currency didesain sedemikian rupa, agar kendali sepenuhnya
berada di tangan para penguasa perbudakan.... Mereka bisa saja dengan mudahnya
menambah ataupun mengurangi arus currency semau mereka, demi kepentingan mereka
tanpa menghiraukan efeknya pada masyarakat....
Jika arus currency tersebut berkurang atau bahkan terhenti, maka akan
terjadi kekacauan ekonomi. Berkurangnya atau bahkan putusnya salah satu arus
dari satu pemeran ke pemeran lain, akan bedampak buruk bagi masyarakat....
Misalkan dari produsen ke masyarakat terhenti arusnya. Maka itu bisa
berarti bahwa produsen berhenti beroperasi, sehingga tidak ada produk baru
lagi. Tidak ada yang bisa diperjual belikan. Masyarakat yang biasanya menjadi
buruh bagi produsen sekarang menganggur, sehingga tidak punya uang untuk
membeli barang. Terjadilah kemacetan ekonomi, yang biasanya disebut dengan
krisis ekonomi atau krisis moneter....
Krisis moneter pasti akan merembet pada kekacauan sosial & politik.
Masyarakat sosial dan pemerintahan politik akan saling menyalahkan satu sama
lain, dan mereka tidak akan pernah menyadari penyebab utama permasalahnya.
Seperti yang dulu terjadi pada tahun 1997 – 1998....
Krisis ekonomi bukan berarti produk dan alat tukar tidak ada. Semua itu
ada, hanya saja arus terhenti....
Paham ... ! Atau bingung....?
No comments:
Post a Comment